Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Udara

Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU)
adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia
(TNI) yang bertanggung
jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di udara.
TNI Angkatan
Udara pada awalnya merupakan bagian dari TNI Angkatan Darat yang dulunya
bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR Jawatan
Penerbangan). TNI Angkatan Udara dibentuk dan mulai berdiri sendiri
pada tanggal 9 April 1946 bersamaan dengan dibentuknya Tentara Republik Indonesia (TRI Angkatan Udara) sesuai dengan
Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD Tahun 1946.
TNI Angkatan
Udara dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Udara
(KASAU) yang menjadi
pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Udara (MABESAU). KASAU saat ini
dijabat oleh Marsekal TNI Agus Supriatna.
Kekuatan
TNI-AU saat ini memiliki dua komando operasi yaitu Komando Operasi Angkatan Udara
I (Koops AU I) yang
bermarkas diBandara Halim Perdanakusuma, Jakarta dan Komando Operasi Angkatan Udara
II (Koops AU II) yang
bermarkas di Makassar.
Sejarah
TNI AU lahir
dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada Tanggal 23 Agustus 1945,
guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkekurangan pesawat terbang dan
fasilitas-fasilitas lainnya. pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi
Soerjadarma.
Pada tanggal
23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari
perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan
dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia, yang kini
diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan
berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada 29 Juli
1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko
Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu
Guntei berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di
tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.
Modal awal
TNI AU adalah pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis
Cureng, Nishikoren, serta Hayabusha. Pesawat-pesawat inilah yang merupakan
cikal bakal berdirinya TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun
1949, TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat
terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depot logistik lainnya. Beberapa
jenis pesawat Belanda yang diambil alih antara lain C-47 Dakota, B-25 Mitchell, P-51 Mustang, AT-6 Harvard,PBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.
Tahun 1950,
TNI AU mengirimkan 60 orang calon penerbang ke California Amerika Serikat,
mengikuti pendidikan terbang pada Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA).
Saat itu TNI AU mendapat pesawat tempur dari Uni Soviet dan Eropa Timur, berupa MiG-17, MiG-19, MiG-21, pembom ringan Tupolev Tu-2, dan pemburu Lavochkin La-11.
Pesawat-pesawat ini mengambil peran dalam Operasi Trikora dan Dwikora.
TNI AU
mengalami popularitas nasional tinggi dibawah dipimpin oleh KASAU Kedua
Marsekal Madya TNI Omar Dhani awal 1960-an. TNI AU memperbarui armadanya pada
awal tahun 1980-an dengan kedatangan pesawat OV-10 Bronco, A-4 Sky Hawk, F-5 Tiger, F-16
Fighting Falcon, dan Hawk 100/200.
Tugas

Sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang
TNI pada Pasal 10, Angkatan Udara bertugas:
·
Melaksanakan
tugas TNI matra udara di bidang pertahanan.
·
Menegakkan
hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum
nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
·
Melaksanakan
tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara.
Melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan udara.
0 komentar:
Post a Comment