Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) adalah salah satu
cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia
(TNI) yang bertanggung
jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di laut.
TNI Angkatan Laut dibentuk pada tanggal 10 September 1945
yang pada saat dibentuknya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR Laut) yang merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakyat.
TNI Angkatan Laut dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) yang menjadi pemimpin tertinggi di
Markas Besar Angkatan Laut (MABESAL). Sejak 31 Desember 2014 KSAL dijabat oleh Laksamana Madya TNI Ade Supandi yang menggantikanLaksamana TNI Marsetio yang memasuki
masa pensiun.
Kekuatan TNI-AL saat ini terbagi dalam 2 armada, Armada Barat yang berpusat di Tanjung Priok, Jakarta dan Armada Timur yang berpusat di Tanjung Perak, Surabaya, serta satu Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Selain itu juga
membawahi Korps Marinir.
Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
Sejarah TNI-AL
dimulai tanggal 10
September 1945, setelah masa
awal diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia,
administrasi pemerintah awal Indonesia mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut
(BKR Laut). BKR Laut dipelopori
oleh pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine (Angkatan
Laut Kerajaan Belanda)
pada masa
penjajahan Belanda dan Kaigun pada masa pendudukan Jepang.
Terbentuknya
organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai
Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan
yang dimilikinya. SejumlahPangkalan Angkatan Laut terbentuk,
kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel
pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut
Republik yang baru terbentuk itu. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan
ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita
proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia.
Disamping itu mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan
dari luar negeri.
Selama 1949-1959 ALRI
berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang
Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan
sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek
laut.
Pada 1990-an TNI
AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal-kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat
tank (LST) kelas 'Frosch', dan Penyapu Ranjau kelas Kondor. Penambahan kekuatan
ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas, lebih-lebih pada masa
krisis multidimensional ini yang menuntut peningkatan operasi namun perolehan
dukungannya sangat terbatas. Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh
besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan
di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam
flotila-flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran
organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan
Marinir-I di Surabaya dan
setingkat Brigade berdiri sendiri diJakarta.
Tugas Tentara Nasional
Indonesia
1. melaksanakan tugas TNI
matra laut di bidang pertahanan;
2. menegakkan hukum dan
menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi
nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum
internasional yang telah diratifikasi;
3. melaksanakan tugas
diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri
yang ditetapkan oleh pemerintah;
4. melaksanakan tugas TNI
dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut;
melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan laut.
0 komentar:
Post a Comment